Sampurasun merupakan produk budaya asli Indonesia dan tidak ada pengaruh Yahudi didalamnya. Banyak Ustad bahkan Kiyai pendakwah kurang paham SEJARAH ISLAM karena terlalu keblinger dengan urusan Syariat, ngurusin hal-hal SEPELE seperti shalat subuh pakai doa "qunud" apa ngga, atau KEPO ngatur orang lain seperti Maulid & tahlilan boleh apa ngga
Padahal Syariat itu ilmu PALING RENDAH dalam Islam. diatasnya masih ada Thoriqot, Hakikat & Ma'rifat. Memperdalam ilmu Tasawuf , bahkan filsafat Islam yang akan membawa seorang Muslim NAIK KELAS tidak melulu berkutat ngurusin Syariat sampai keblinger
SEJARAH ISLAM jua termasuk salah satu dari sekian banyak ASPEK dalam Islam yang wajib dikuasai, selain hanya ngurusin Syariat. dengan belajar Sejarah Islam kita bisa memahami
Islam adalah agama yang datang belakangan setelah NASRANI melalui Injil yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Isa (Yesus). Islam hadir belakangan JAUH sesudah Allah SWT menurunkan kitab Torah kepada nabi Musa (Moses).
Dari Allah turun 2 agama sebelum Islam, yakni Nasrani yang sekarang menjelma menjadi Kristen, juga agama YUDAISME (agama Ibrani / Yahudi) yang sekarang dipeluk oleh tak hanya Yahudi , tapi juga oleh banyak Ras Kulit Putih Eropa (seperti Benjamin Netanyahu yang asli POLANDIA).
Yahudi telah menggunakan istilah "SHALAM ALAIKUM" jauh sebelum Islam turun kepada Nabi Muhammad SAW. Lalu istilah tersebut digunakan Nabi karena Rosulullah berasal dari klan BANI HASYIM (silahkan pelajari siapa itu Bani Hasyim), turunan darah dari Nabi Ibrahim BAPAK GENETIS bangsa Yahudi.
Akhirnya Shalam Alaikum YAHUDI diadopsi menjadi bagian dari tradisi Islam, yang dalam bahasa arab nya menjadi "Assalamu Alaikum". keduanya memiliki arti sama, yakni: SALAM DAMAI (damai untukmu)
Jadi ketika seorang Muslim yang bangga dengan BUDAYA ARAB (dan berpikir budaya Arab tersebut identik dengan Islam), lalu membanggakan "Asalamualaikum" & merendahkan salam SAMPURASUN.. sejatinya ia sedang membanggakan TRADISI YAHUDI smile emotikon
SALAM YAHUDI: Shalam Alaikhem
https://en.wikipedia.org/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar