Supaya makin jelas, satu lagi ciri tanduk syaitan. Dalam hadits tanduk syetan, terdapat kalimat:
سيماهم التحليق
M : "Kok Wahabi sekarang gak gundul?"
S : "Ya kalo hari gini wahhabi mau bergundul-gundul ria, namanya bunuh diri, mbah...!"
Ceritanya begini, mbah:
Dulu, Muhammad bin Abdul Wahab, tiap ada pemeluk baru masuk, langsung
disuruh cukur gundul. Alasannya, itu rambut masa kemusyrikan. Langsung
cukur habis alias gundul. Laki maupun perempuan. Plontos, men!
Suatu
ketika, datang seorang wanita melabrak MBAW. Dia berkata “Kau telah
memerintahkan wanita untuk dicukur gundul". Tahukah kau bahwa rambut
bagi wanita bernilai seperti jenggot pada laki-laki arab? Mengapa tidak
kau cukur juga jenggot para laki? Bukankah itu juga jenggot masa
kemusyrikan?”
Muhammad bin Abdul Wahhab langsung diam. Bingung, mbah…!
Nah, sejak saat itu, acara pergundulan rambut musyrik
mulai mereda.
Dicancel sedikit demi sedikit biar gak kentara. Sambil menjaga
kewibawaan sang syekh supaya gak kehilangan muka.
Mau lari dari hadits Nabi?!
Eh, cucunya sendiri ngaku, Cucu Muhammad bin Abdul Wahhab, Abdul Aziz bin Hamd berkata:
الحلق هو العادة عندنا، ولا يتركه إلا السفهاء عندنا، فنهى عن ذلك نهي
تنزيه لا نهي تحريم سدا للذريعة؛ ولأن كفار زماننا لا يحلقون فصار في عدم
الحلق تشبها بهم. انتهى من مجموعة الرسائل والمسائل4/578
“Bercukur
gundul adalah kebiasaan kami, hanya orang bodoh saja yang enggan gundul.
Tapi tidak bergundul juga gak apa-apa, tidak sampai derajat haram.
Orang-orang kafir di masa kita tidak bergundul. Maka meninggalkan
bergundul bisa menjadi tasyabbuh dengan mereka”. Majmu’ah Rosail wal
Masa’il juz 4 hal 578
Pada kesempatan lain, dia juga berkata, “Sesungguhnya yg dilarang itu mencukur sebagian dan membiarkan sebagian”.
Yang jelas, belum ada satu aliran sesatpun di muka bumi ini, yang
menyuruh untuk bercukur gundul kecuali Wahabi (The Tanduk of The
Syetan).
Tahliq ini makin membuat bingung Wahabi dalam menghubungkan antara Timur (Irak), Rustum dan Tahliq.
Jangan ngaku sebagai wahabi pinter kalo gak gundul bin plontos.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar