Pages

Ketika Sang Presiden Rusia Vladimir Putin Mengamuk

Senin, 12 Oktober 2015
 
Gelombang invasi para Takfiri yang menyerang Suriah jauh lebih dahsyat daripada apa yang menimpa Libya. (Kabar terbaru militan sudah berasal > 126 negara)

Tapi bantuan yang diterima Suriah juga jauh lebih dahsyat daripada yang diterima Libya.

Rusia dan USA adalah rival terbesar saat ini. Tidak seperti USA, Rusia bukan entitas yang hendak mengontrol dunia dengan kekuatannya. Rusia sudah cukup banyak diam dengan kekacauan-kekacauan yang dibuat USA dan sekutunya di berbagai wilayah dunia demi kepentingannya.

Tak terkecuali di Suriah, perang berlangsung selama lebih dari 4.5 tahun dimana Rusia menyaksikan USA, NATO dan rezim-rezim Arab teluk melatih, mempersenjatai dan mensponsori para teroris asing yang mengacau di negeri sahabatnya.

Apa kali ini Rusia akan diam saja ?

Jika anda mengira iya maka anda salah besar. Rasa muak Rusia sudah mencapai puncaknya.

Kali ini sang Beruang turun tangan tidak membiarkan apa yang menimpa Muammar Qaddafi juga akan menimpa sahabatnya Bashar al Assad.

Beruang merah mengamuk, menyerukan koalisi USA yang (berpura-pura) memerangi ISIS keluar dari Suriah. Kini sang Beruang mengambil alih, ia mengirim puluhan jet-jet tempur ke Suriah, kendaraan-kendaraan militer canggih, misil-misil dan senapan mutakhir lengkap beserta pasukan dan para staff ahlinya.

Sang Beruang tidak sebodoh itu mengira koalisi pimpinan USA benar-benar memerangi ISIS padahal di belakang mendanai dan menyuplai senjata kepada mereka.

Hari ini ia ajarkan bagaimana cara mencabik-cabik para teroris di sarangnya sendiri yang membuat dunia tahu "akting murahan" USA di Suriah. Dalam 7x24 jam Rusia melakukan 148 serangan udara yang telah menghancurkan 40% infrastruktur ISIS, bahkan para analis militer Suriah menyebut seminggu serangan Rusia hasilnya sudah jauh melebihi 13 bulan "serangan" koalisi pimpinan USA. Tidak heran, sang Papa Bear menyindir USA dengan berkata "USA mampu menemukan air di Planet Mars, tapi tidak mampu menemukan posisi-posisi ISIS di Suriah."

Bagaimana tidak, USA yang katanya pemilik Satelit dan Intel terbaik di dunia tapi selama setahun lebih tidak mampu melacak markas komando ISIS di Idlib, malah ISIS semakin ekspansi dan berjaya selepas "diserang" koalisi ilegal di tanah Suriah tersebut. Sedangkan Rusia baru 2x24 jam sejak dimulainya operasi militer sudah berhasil menemukan dan menyerang Pusat Komando ISIS di Idlib dan Raqqa. Tidak aneh Kepala Bidang Luar Negeri Parlemen Rusia Alexei Pushkov berkata "Koalisi pimpinan USA hanya berpura-pura memerangi ISIS di Suriah. Mereka menghabiskan sepanjang tahun hanya untuk mengebom gurun pasir."

Retorika dimainkan, USA dan NATO tidak terima kedoknya semakin terbongkar. Mereka justru mencari-cari celah memojokkan Rusia mulai dari menebar isu serangan Rusia menyasar warga sipil, menambah gelombang pengungsi, memperparah pertumpahan darah sampai yang terakhir isu Hoax dimana 26 misil yang ditembakkan dari 4 kapal perang Rusia beberapa jatuh di Iran (yang langsung dicopas oleh media-media takfiri dalam negeri).

Putus asa dengan serangan Rusia, akhirnya USA, NATO dan Rezim-rezim Arab Teluk nyaris gila. Perjuangan mereka selama 5 tahun mempersenjatai pemberontak dengan senjata-senjata mutakhir mulai senapan sampai misil-misil TOW (yang tidak sembarang negara bisa memilikinya), melatih pemberontak di kamp-kamp Jordania, Turki dan Saudi, bahkan sampai menggaji ribuan misionaris mereka menjadi sia-sia belaka. "Investasi" milyaran dollar mereka dihancurkan dalam sekejap mata oleh Rusia.

Jangan terkejut jika hari ini keluar fatwa-fatwa pesanan dari Rezim-rezim Arab Teluk kepada para ulama mereka untuk menyerukan para pengikutnya "berjihad" melawan Rusia, sebagaimana fatwa-fatwa pesanan dulu keluar untuk "jihad" melawan Qaddafi dan Bashar al Assad.

Fatwa politis memanfaatkan orang-orang bodoh yang buta konstelasi untuk "berjihad" dengan kedok agama. Tapi tenang saja, para Ksatria Syam dan sang Beruang sudah siap menyambut mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar