Pages

XENOPHOBIA DI BURMA ADALAH ISU SEMENTARA

Minggu, 30 Agustus 2015

Saya sedari awal mengecam keras Xenophobia dari para Ekstremis Budhist atas Muslim Rohingnya dan siapapun yang mengikuti status saya pasti tahu bagaimana sikap saya atas Rohingnya dan pelaku kekerasan di dalamnya-siapapun dia.
Namun demikian, agak belakang hari saya menemukan semakin banyak penyebaran informasi atas Rohingnya yang begitu ekstrem dan begitu sadistis sehingga kesan pertama kita saat melihatnya adalah terbangunnya sentimen balik atas umat Budha di Myanmar yang coba disemai di daerah lain di dunia, NAMUN SEBETULNYA informasi tersebut jika ditelusuri lebih hati-hati ternyata merupakan informasi yang fiktif dan bahkan foto yang manipulatif.
Pelajaran di suriah menunjukkan kepada kita bahwa tidak mudah untuk membalik kembali
sentimen yang keburu mengayun ke sebuah kutub tertentu kecuali ia dengan telaten, lapang dada dan berani-tentu saja- untuk melawan arus mencari kebenaran informasi dibalik sebuah informasi yang meragukan.
Dan dalam semua cerita ini, siapapun tahu bahwa manipulasi informasi tersebut telah digarap secara serius dan bila benar hipotesis saya bahwa ini semua-sebagaimana di suriah- adalah tangan terampil intelejent-maka batang tubuh informasi yang benar dan yang salah akan semakin disamarkan. Karena sebuah picu intelegent tidak akan mungkin di 'tarik' kecuali situasi laten yang mengelilinginya adalah minimal 50% benar dan hal itulah akan menjadi modal utama men 'spin' beritanya menjadi bandul yang mengarah kepada keuntungan politik penyebarnya..
Bila saya katakan bahwa pola penyebaran informasi palsu atas Rohingnya semakin kebelakang hari semakin mirip dengan pola manipulasi berita dan informasi di saat konflik Suriah, maka itu berarti urutannya:
3) ... adanya sebuah pemicu yang memang benar adanya tentang sebuah kejadian yang dapat memicu konflik. Dalam kejadian di suriah, picunya adalah penembakan di Hama yang belakangan kita ketahui adalah penembakan palsu atau False Flag Operation. Dalam kejadian di Myanmar, pemicu itu adalah kekerasan sekelompok biksu Budha radikal atas umat islam di Rohingnya.
4) Adanya situasi laten yang siap memberi jalan bagi kemunculan sebuah kekuatan asing yang turut berperang di sebuah lokasi. Dalam hal ini, Perasaan umat Islam yang terzalimi dalam konflik Suriah sudah cukup terancam dan matang untuk bergerak. Dibuat makin panas dengan manufacturing berita mengenai kebengisan rezim bashar al assad. Dalam kasus Rohingnya, perasaan umat Islam juga dibuat terancam dengan manufacturing berita dan informasi palsu sehingga -minimal-banyak orang di berbagai belahan dunia yang berniat untuk membalas dendam kepada umat Budha atas kekerasan disana.
5) Dibuat musuh bersamanya. Dalam hal Suriah rezim Bashar al Assad lah yang disebut "membunuhi dan membantai" penduduk Sunni dibawah supervisi Iran dan Libanon yang Syiah. Dalam kasus Myanmar, umat Budha-lah yang menjadi pelakukannya dan bukan tidak mungkin ditarik kecenderungan berita bahwa itu semua juga dilakukan dibawah supervisi China.
6) Adanya kekuatan "baik" yang digambarkan akan membela mereka semua menyelesaikan semuanya. Dalam kasus Suriah, Turki digambarkan sebagai Superheronya. Coba tebak dalam kasus Rohingnya, siapa yang menjadi pahlawan supernya? Lagi-lagi Recep Tayib Erdogan Presiden Turki pelindung kita.
7) Adanya Fatwa Spesifik yang menyerukan sebuah Jihad Semesta ke Suriah dari ulama-ulama 'otoritatif' namun sebetulnya sudah terlalu lama dibawah pembinaan rezim bani saud cq Bandar bin Sultan ataupun Syaikh Qatar. ( Sabar kawan, dalam kasus Rohingnya, kita masih perlu agak sabar menunggu orang suci yang mengeluarkan fatwanya.Masa mau Yusuf Al Qaradhawi lagi sih..? )
8) Adanya sekelompok anak baik namun kurang informasi yang siap menjadi penyebar informasi goblog manipulasi berita. Dalam kejadian Suriah: "Ssst...mari kita sebut saja nama kawan-kawan kita itu pelan-pelan.......(sensor)". Dan tebak, dalam kasus Rohingnya, lagi-lagi merekalah yang paling bersemangat melakukannya;baik dengan niat untuk membelejeti kegilaan rezim myanmar dengan informasi yang ternyata manipulasi ataupun untuk memberi legitimasi atas sekelompok superhero yang kelak akan membantu mereka. Mereka inilah legitimator kekerasan di suriah dan kelak akan melakukan hal yang sama di Myanmar. Bukankah jika tentara siap perang maka pengacara pun harus siap untuk "berperang" kawan?
9) Mobilisasi umum atas Milisi yang mendengarkan betapa nyaringnya fatwa dan bantuan persenjataan atas para mujahid semesta + bantuan keuangan+ dukungan intelegent atas mereka dari sang superhero. Dalam kasus Suriah, pelakunya adalah Turki dan presidennya yang mungkin anak keturunan Hurem Sultana. Bila melihat pola di rohingnya, dan penokohan yang sedang terjadi, percayalah pola yang sama yang akan terulang kembali..
Dan pada akhirnya, tujuan dari itu semua adalah memberi jalan bagi kemunculan sebuah Institusi Teror di Suriah yang cukup gila untuk melakukan apa saja yang tidak akan berani dilakukan langsung oleh Kepala Staff Pentagon dibalik gembar-gembor mereka atas Hak Asasi Manusia yang harus diekspor bulat utuh kepada bangsa lain- berbarengan dengan Liberalisme Ekonomi tentu saja. Dan saat ini, kalau pola yang sama terjadi juga di Asia Tenggara, maka kita akan menunggu kemunculan Institusi Teror yang sama.
ISIS dan Jabt Al Nushra adalah sama-sama produk Amerika dalam segala hal. Biarkan mereka melakukan kegilaannya dengan eksperimen kebuasan yang mereka kutip serampangan dari kitab sucinya. Para prajurit Amerika terlatih cukup minum secangkir kopi hangat melihat sesama muslim saling gilas di perang kurusetra kan? Yang perlu dilakukan hanyalah menunggu moment agar tentara terlatih mereka itu kehabisan dana dan siap digantikan pasukan yang lebih gila lagi, ataupun sepenuhnya misterius tapi tetap -wajah gila itu harus dipastikan dengan wajah Islam ya!
Pergiliran kegilaan dari Saddam Husein ke Al Qaeda dan kemudian ke ISIS adalah contoh sederhana dari sekelompok orang gila yang dipandu seorang ideolog kelak akan digantikan dengan pembentukan orang-orang gila lain namun dengan pemimpin yang tidak pernah dikenal sama sekali oleh dunia kecuali lewat kehancuran yang ditimbulkannya dan dibantu oleh ribuan tentara tidak terlatih dari berbagai penjuru dunia yang disupervisi ribuan 'mujahidin' lain yang- entah kenapa- secara masal diketahui memiliki Tatoo 'American Navy' di lengan kirinya. (Dari zaman ke zaman, orang-orang bodoh yang oportunis memang hanya akan mati sebagai budak kekuasaan lain)
10) Sekarang anda baru sadar kan bahwa saya memulai tahap ini dari nomor 3 dan bukan nomor 1?
Saya beri tahu anda bahwa nomor 1 nya - yang sengaja saya hadirkan belakangan-adalah: 1) Pelatihan pasukan untuk pemanasan dan mobilisasi kekuatan bersenjata di sebuah NEGARA LAIN diluar negara tujuan utama serangan bersenjata.
Nomor 2 adalah: Penyiapan pasukan bersenjata tersebut untuk menang pada sebuah basis serbu di negara lain tersebut yang kelak akan jadi garis belakang pertempuran. Negara lain itu lah yang akan menjadi suplay logistik dan basis persenjataan militer bagi pergerakan pasukan kedepannya pada point nomor 7 hingga 9. Syarat-syaratnya, negara lain tersebut harus memiliki sumber daya memadai untuk menyediakan bahan mentah, sebagaimana 'Maykop' dan 'Baku' bagi Hitler di perang dunia ke II .
(Tentu saja tidak harus minyak kawan. Gas bumi pun adalah komoditi yang gampang sekali di cairkan menjadi uang toh?)
Dalam kasus Suriah, Libya lah yang menjadi "Negara Lain" tersebut, karena tujuan utama mereka adalah Suriah.
Lalu anda pasti bertanya: "kalau mas bercerita bahwa Myanmar adalah TUJUAN UTAMA-nya, lalu tujuan antaranya, yaitu 'Libya' bagi Asia Tenggara tersebut adalah negara mana mas?"
Maka saya jawab jujur penuh ke khawatiran bahwa: " Terus terang saja, saya punya dugaan Myanmar itulah SASARAN ANTARA yang akan dijadikan 'Libya' bagi konflik sektarian ala Pasifik.
Karena lokasi utama Konflik SUMBER DAYA dengan bumbu sektarian itu sebetulnya sedang coba di geser ke INDONESIA kawan.."

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar