Pages

Antara Perang dan Uang

Kamis, 24 Maret 2016

Jika di Irak, Suriah dan Afganistan kelompok Sunni baku bunuh dengan Syiah, atau kelompok kecil lain saling tukar bom dengan korban rakyat tak berdosa, siapakah yang paling diuntungkan dengan konflik ini? Industri....

Di saat kelompok Sunni mengirim suicide bomber ke kawasan Syiah, atau sebaliknya, atau kelompok gerilyawan Taliban baku bunuh dengan serdadu Hamid Karzai maupun pasukan Ashraf Ghani Ahmadzai, atau para pejuang mengirim bingkisan bom ke wilayah Green Zone yang dikuasai penjajah, bule-bule Amrik yang jadi bos industri perang malah asyik menghisap cerutu, menikmati wine, sambil mendengarkan piringan Mozart atau Bethoven.

Saat mesin perang Rusia yang didukung pasukan Suriah menggempur basis FSA, Jabhat An-Nushrah maupun ISIS, siapa yang diuntungkan? Industri mesin perang Rusia. Ketika ISIS dan oposisi bersenjata melancarkan perlawanan siapa yang kantongnya semakin menggelembung? para pialang senjata yang berpusat di
AS, Rusia, Inggris, Belgia, Perancis, dan negara Eropa lainnya.

Bos-bos usahawan jual beli mesin pencabut nyawa kantongnya semakin menggelembung. Tender mengalir dengan adanya perang. Jasa mereka dibutuhkan oleh inlander koloni jajahan. 

Blackwater (AS), Dyncorps Int. LLC (AS), ArmourCorp (Inggris), Control Risk Group (Inggris), Aegis Service Group (Inggris), & Erinys Intl. Ltd (Afsel) adalah perusahaan penyedia tentara bayaran, konsultan keamanan, pelatihan serdadu, dan centeng bergengsi bagi pejabat dan investor baru di negara jajahan.
Tender jasa perawatan mesin perang dipegang oleh pabrikan senjata macam Lockheed Martin, Raytheon, Boeing, General Dynamics, Textron, dll. Saat AS menjajah, perusahaan ini nginthil ketiban proyek pemeliharaan mesin perang sekaligus penyediaan suku cadang, terutama produk canggih seperti B2, F117, U2, K-10, puluhan skuadron Apache, UAV, hingga Drone.

Adapun untuk mendukung tugas teliksandi macam CIA dan MI6, serta intelijen pribumi, perusahaan seperti CACI, MZM Inc., Titan, hingga Airscan lah yang kebanjiran order. Sedangkan untuk melatih serdadu pribumi, Task Intl., DynCorp, dan O'Gara kebajiran tender. Konsultasi rutinnya melalui DSL, LifeGuard, Group4Scuricor, Kroll Associates, hingga Gray Security.

Jika sumberdaya alam mulai dikuasai dengan cara kongkalikong dengan penguasa lokal, giliran Executive Outcomes, COFRAS, maupun Ranco Consulting Group, yang bertugas mengelola keamanan dan kelancaran proses pengelolaan tambang-tambang vital.

Karena butuh keamanan tambahan di sekitar lokasi penting seperti tambang dan instalasi vital, perusahaan Custer Battles, IIT, dan Intercom Security kebagian tugas. Kontraknya bikin ngenes kaum pribumi. Jika belum memadai, Hart Group dari Inggris dan Erinys Intl. dari Afsel turun tangan. 

Agar konvoi tentara, pekerja tambang, dan suplai bantuan aman, ArmorGroup adalah ahlinya. British Genric Ltd. adalah kompatriotnya. Tugasnya jadi pengawal konvoi. 

Ini belum ngomong perkara bisnis restrukturisasi/rehabilitasi fasilitas negara yang sudah hancur, kontrak senjata antar negara, barter mesin perang dengan konsesi migas/permata/lahan narkoba, bisnis perang yang dijalankan beberapa anggota kongres AS dan parlemen Eropa.....

Sudahlah, sahabat Sherlock Holmes yang berbahagia. Orang kere kayak kita makin mumet, mumeeeet...mumeeeeet melihat alur bisnis perang di atas..duwiiiit...duwiiiiit....

Siapa bilang orang kafir ketakutan dengan misi Jihad al-Qaidah wa akhwatuha? Lha mereka malah bersyukur sebab industri perangnya semakin ramai. Bagai industri antivirus yang semakin bersorak jika ada virus terbaru. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar